Learn from experience

BELAJAR.NET-"Life is a journey to be experienced, not a problem to be solved".

Grateful Every Time

BELAJAR.NET-"Do something today that your future self will thank you for".

the Road to Success

BELAJAR.NET-"Work hard in silence. Success be your noise"..

Learning Without Limits

BELAJAR.NET-"Don't stop learning because life doesn't stop teaching"

Focus on What you Want

BELAJAR.NET-"Your time is limited, so don't waste it living someone else's life".

Tipologi Kepemimpinan

     
Sumber Gambar:http://unnes.ac.id/
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau dipacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini

1. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan bakat bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.

2. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).

1. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

4. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.

5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

Sumber:http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1253275195&&&1036006290&&1351745423&ayur001

Pubertas

Dalam mempelajari Psikologi perkembangan kita sering mengenal namanya fase pubertas, Nah dibawah ini akan dijelaskan fase-fase tersebut :
Masa pubertas itu berlangsung :
a. Masa Prepubertas :
 Bagi anak wanita : 12-13 tahun
 Bagi anak laki-laki : 13-14 tahun
b. Masa Pubertas :
 Bagi anak wanita : 13-18 tahun
 Bagi anak laki-laki : 14-18 tahun
c. Masa Adolesen
 Bagi anak wanita : 18-21 tahun
 Bagi anak laki-laki : 19-23tahun 
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Secara umum perkembangan manusia selalui dipengarihi oleh factor luar dan factor dalam, factor indogen dan factor eksogen, factor extern dan intern.
Dalam hal ini K.H. DEWANTARA menggunakanistilah factor ajar bagi factor extern atau exsogen dan istilah dasar untuk factor indogen atau factor intern. Pendapat terakhir yang sampai sekarang dapat diterima oleh orang banyakpun masih merupakan suatu teori. Yakni teori yang dikemukakan oleh seorang psikolog dari Jerman bernama WILLIAM STERN.
Dalam hai ini ia berpendapat bahwa, apabila kedua factor tersebut masing-masing diganbarkan sebagai garis yang bertemu pada suatu titik dan membentuk sudut tertentu, maka titik itu dapat digambarkan sebagai pribadi seseorang, garis datar sebagai factor dasar, dan garis lain sebagai factor ajar, maka pribadi orang tersebut akan berkembang melalui garis diagonal yang dapat dibuat dalam jajaran genjangdari kedua garis tersebut.

Perkembangan Kepribadian



Sumber Gambar:http://wapannuri.com/
1. PERKEMBANGAN

a) Pengertian Perkembangan
Obyek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para ahli psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia tadi dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat (Van den Berg, 1986; Muchow, 1962).namun perhatian psikologi perkembangan yang utama tertuju pada perkembangan manusianya sebagai person, dan masyarakat merupakan tempat berkembangnya person tadi.
Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih baik atau sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang lagi. Perkembangan menunjuk ada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat di putar kembali (Werner, 1969).
Perkembangan juga berkaitan daengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan, apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Dengan demikian perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada tingkat intergrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Suatu devinisi yang relevan yang dikemukakan oleh Monks sebagai berikut : Perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi actual dan terwujud. 

Contoh Perkembangan :
1. Tingginya badan pada diri seseorang.
2. Berkembangnya daya pikir seseorang, yaitu dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
3. berkembangnya teknologi-teknologi canggihdi seluruh dunia.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut : Perkembangan sejalan dengan prinsip ortho genetic, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimanadiferensiasi, artikulasi, dan integrasi, meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak, bahawa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas.
Menurut Nagel (1957) Perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungs-fungsi tertentu, o;eh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun da;am bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut Schneirla (1957), Perkembangan adalah perubahan-perubahan progesif dalam organisasi organisme, dan organisme inidilihat sebagai system fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman.
Spiker (1966), Mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan yaitu :

1. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2. Filogenetik, yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini juga terjadi sejak permulaan adanya manusia, jadi perkembangan ortogenetik ,engarah ke suatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusiyang mengarah kepada kesempurnaan manusia.
Bijou dan Baer (1961) Mengemukakan perkembangan psikologis adalah perubahan progesif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi yang dimaksud ini disisni adalah apakah suatu jawaban tingkah laku akan diperlihatkan atau tidak,tergantung dari perangsang-perangsang yang ada di lingkungannya.
Rumusan ini lain tentang arti perkembangan yang dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih, 1990:31) yaitu bahwa Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu ssebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat juga dilikiskan debagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar (Monks, 1984:2) 
b) Tugas-tugas Perkembangan
Perkembangan merupakan proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia padapasisi yang harmonisdi dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan komplek. Oleh Havighurst perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus di pelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan perkataan lain perjalanan hidup manusia ditandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus di tempuh.pada jenjang kehidupan remaja, seseorang telah berada pada posisi yang cukup kompleks, dimana ia telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, seperti misalnya, mengatasi sifat tergantung pada orang lain, memahami norma pergaulan dengan teman sebaya, dan lain-lain. Dengan demikian para remaja menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup dewasa, dalam arti mampu manghadapi masalah-masalah, bertindak dan bertanggungjawab sendiri. Oleh karena itu, tugas perkembangan pada masa remaja ini di pusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan 
Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya untuk mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dan didalam kehidupan nyata.
Oleh karena itu, jenis tugas perkembangan remaja itu pada dasarnya mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasa, yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Havighurst (Garrison, 1956:14-15) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, Yaitu :
1. Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang.
2. Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima seacara sosial.
3. Menerima keadab badannya dan menggunakannya secara efektif.
4. mencapai kebebasan emosianal dari orang dewasa.
5. Mencapai kebebasan ekonomi.
6. Memilihdan menyiapkan suatu pekerjaan.
7. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga Negara yang kompeten.
9. Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jaawab secara social
10. Mencapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.
Tugas-tugas tersebut pada dasarnya tidak dapat terpisahkan secara pilah, karena remaja itu adalah pribadi yang utuh. Dilihat dari perkembangan kehidupan secarta menyeluruh, pertumbuhan dan perkembangan dimasa remaja relatif berjalan secara singkat. Hal ini dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak masa anak-anak telah memiliki konsep yang mengagungkan penampilan diri pada waktu dewasa nanti. Oleh karena itu, tidak sedikit remaja bertingkah kurang baik dan kurang tepat. 
c) Hakekat Perkembangan. 
Kalau kita perhatikan segala sesuatu yang berada di sekitar kita, baik kehidupan manusia, binatang, flora, fauna maupun benda-benda anorganing, kita akan melihat satu hal yang abadi, yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu berubah, lambat atau cepaat, berulud penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan, menurut sifat dan kodratnya masing-masing. Semuanya berubah, tidak satupun yang kekal abadi kecuali ketidakabadian itu sendiri.
Hal ini berlaku juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda, secara psikhophisis. Aspek-aspek yang berkembang dari kehidupan manusia, yaitu pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang hidup dalam keadaan :
1. Psikhophisis, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam kesatuan dua, secara jasmaniah dan rohaniah.
2. Sosioindividuil, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam kesatuan dua, social dan individual. 
3. Culturilreligious, yang berarti manusia adalah makhluk yang hidup dalam kesatuan dua, dicipta (oleh Maha Pencipta) dan mencipta (kebudayaan).
Semua sifat itu dan semua aspek tersebut berkembang seluruhnya secara simultan selama mendapat kesempatan dan sejauh masih memungkinkan, menurut irama variasi dan isinya sendiri-sendiri. 
d. Beberapa Teori Proses Perkembangan
Teori pertama yang tertua adalah yang diajukan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama JOHANN FRIEDERISCHE HERBART berpendapat bahwa terjadinya perkembangan adalah oleh karena adanya unsur-unsur yang berasosiasi, sehingga sesuatu yang semula bersifat simple (unsure yang sedikit) makin lama makin banyak dan kompleks. Herbart berpendapat demikian, karena teorinya bahwa anak baru lahir keadaan jiwanya masih bersih. Sejak alat inderanya dapat menangkap sesuatu yang datang dari luar, maka alat indera itu mengirimkan gambar atau tanggapan ke dalam jiwanya. Makin banyak tangkapan, makin banyak pula tanggapan.
Teori kedua GESTALT ( WILHWLM WUNDT) berpendapat bahwa proses perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang komkpleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh tetapi samara-samar)ke makin lama makin dalam keadaan jelas, nampak bagian-bagian keseluruhan itu.
Teori ketiga JAMES MARK BALDWIN berpendapat bahwa, proses perkembangan itu adalah proses sosialisasi dari sifat individualis. Dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hokum efek (law of effect) tingkah ;laku pribadi seseorang adalah hasil peniruan (imitasi)
Teori keempat adalah teori Freudism (SIGMUND FREUD) dalam mengemukakan teorinya, ia menggunakan sebagai contoh :”Pada masa bayi, manusia belum bermoral kemudian sudah memiliki moral secara heterogen, dan akhirnya memiliki moral dengan norma yang ditetapkan sendiri secara autonom.” Proses pemilikan moral dari heterogen ke moral autonom ini disebut internalisasi. Sebab norma moral tersebut ditentukan sendiri oleh manusoia dengan menggunakan factor internnya.

Jenis Layanan Dalam Konseling

Prayitno, menjelaskan bahwa layanan BK mencakup sembilan jenis layanan, yaitu:
        1) Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut. 
2) Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
4) Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5) Layanan Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
6) Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
7) Layanan Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
8) Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9) Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Demikian kesembilan Layanan yang ada dalam Bimbingan dan Konseling. Semoga Pembaca bermanfaat.

Kegunaan Filsafat

A. Pendahuluan

Dalam sejarah ilmu pengetahuan telah ditengkan pada mulanya hanya ada satu ilmu pengetahuan yaitu filsafat. Kedudukan filsafat pada waktu itu sebagai induk dari ilmu pengetahuan mother of science, namun didalam perkembanganya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat. Sebagai induk ilmu pengetahuan maka filsafat akan menjadi sebagai dasar, perangka serta pemersatu, karena setiap cabang ilmu pengetahuan apabila ia sampai pada masalah-masalah yang fundamental mau tidak mau akan kembali kepada filsafat.

Dari sini maka orang bertanya-tanya apakah sebenarnya kegunaan filsafat itu?. Ada yang memandang filsafat sebagi sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari filsafat kebahagiaan yang tulen dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan hidup, tetapi ada pula yang menganggap filsafat tidak lain dari pada “obrolan belaka” yang sama sekali tidak ada gunanya bagi kehidupan sehari-hari. Yang meragu-ragukan kebanyakan orang ialah: Banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang sering bertentangan satu sama lain. Dari urain di atas artikel ini mencoba menjawab apa sebetunya kegunaan filsafat itu.


B. Kajian Jurnal Terdahulu

Menurut’ surajio (Al’aras, 2008:7) pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan historis.

Rene Descartes mengemukakan “Cogito Ergo Sum” (Karena berpikir maka saya ada) tokoh ini yang menyangsikan segala-galanya, tetapi dalam serba sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir, karena berpikir maka aku ada. Itulah landasan dari filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkalan kepada sesuatu kebenaran yang Fundamental atau pengalaman yang asasi. Dr.Oemar A. Hoesin mengatakan “filsafat itu memberikan kepuasan kepada keinginan menusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Alfred North Whitehead yang berpendapat bahwa filsafat itu adalah keinsyafan dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat seluruh usaha peradaban. (khofifi,2009)


C. Pembahasan

Secara teoritis, kalau dibandingkan antara filasafat dengan ilmu-ilmu lain, maka nyata sekali perbedaannya. Ilmu-ilmu lain membatasi yang diperiksaanya dan dipikirkanya pada suatu bagian dari alam, atau pada suatu kumpulan paristiwa, filsafat menyelidiki dan memikirkan seluruh alam. Plato mengatakan, bahwa filsafat itu tak lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Menurut’ aristoteles kewajiban filsafat itu ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Berhubungan dengan sifatya sebagai ilmu yang seumum-umumnya itulah, maka Leibnis membandingkan filsafat itu dengan akar suatu pohon, sedangkan dahan pohon-pohon itu terjadi dari ilmu-ilmu lain satu persatu. Fichte maju selangkah lagi dan memberi kepada filsafat nama Wissenschaftslehre, yaitu ilmu dari pada ilmu-ilmu. Maksudnya filsafat itu ialah ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu yang lain. Pada Herbart kewajiban filsafat itu ialah mengerjakan pengertian yang dipakai oleh ilmu-ilmu yang lain. Dekat sekali dengan paham Herbart ini ialah paham Paul Natorp yang menganggap filsafat itu Grungwissenschaft, yaitu ilmu dasar, yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan jalan menunjukkan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

Kalau diperhatikan batas-batas pengertian filasafat yang dikemukakan di atas, nyata sekali, bahwa yang menjadi soal yang terpenting bagi filsafat itu ialah bagimana mencocokan hasil-hasil yang diperoleh berbagi ilmu-ilmu itu. Terhadap kepada kebenaran yang dikemukakan oleh ilmu-ilmu itu satu persatu, filsafat hendak mengemukakan kebenaran yang melingkungi sekalian kebenaran-kebenaran itu, atau dengan pendek kebenaran yang terkhir dan sempurna.

Filsafat sebagai ilmu, sebagai teori seperti yang diuraikan ini; memberi kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran, tetapi disini telah teranglah arti filsafat itu lebih luas dari pada memberi kepuasan teori saja. Hasil dari pada usaha manusia dengan sungguh-sungguh memikirkan seluruh kenyataan tentu berpengaruh atas hidupnya. Maka tampak kepada kita, bahwa filsafat yang bersifat teori itu dengan sendirinya bermuara pada kemauan dan perbuatan manusia yang praktis. Sesungguhnya sejak dari semula selain dari pada aliran-aliran filsafat yang semata-mata hendak mencari kebenaran yang terakhir yang melingkungi dan menjadi dasar segala kebenaran itu, terdapat aliran-aliran filsafat yang menghendaki tuntunan atau pegangan untuk kemauan dan perbuatan manusia. Filsuf-filsuf golongan itu tidak puas dengan kebenaran saja, mereka menghendaki tutunan, pimpinan dalam hidupnya. Dalam penjelmaan yang banyak, yang manakah yang baik, yang manakah yang buruk. Apa yang harus dikerjakan manusia dalam hidupnya. Nyata sekali bahwa golongan yang kedua ini kewajiban filsafat itu tidaklah terutama membari kepuasan teori, tetapi memenuhi sesuatu yang praktis. Dengan filsafat mereka hendak mendapat pemandangan tentang seluk-beluk dunia dan hidup dan pedoman didalamnya. Sementara itu kalau di timbang benar-benar pertentangan antara kedua golongan aliran itu tidaklah begitu besar, dan dapat dianggap sebagai perbedaan aksen saja. Hal itu sebanarnya sudah diletakkan dalam sifat jiwa manusia, yang didalamnya mengandung baik pikiran maupun kemampuan. Pikiran memberi manusia pengetahuan yang dapat dipakainya sebagi pedoman dalam perbuatannya, sedangkan kemauanlah yang menjadi dorongan perbuatan manusia. Kalau dipahami benar-benar arti pikiran bagi kemauan dan perbuatan baik kemauan dan perbuatan manusia seorang maupun kemauan dan perbuatan segolongan menusia, dapat menginsafkan dengan sesungguhnya kepentingan filsafat, yaitu arti dan guna manusia dengan insaf memikirkan segala sesuatu didalam dan diluar dirinya. Bagi manusia seorang berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, sesentral-sentralnya dengan perasaan tanggungjawab.

Bagi suatu masyarakat atau bangsa filsafat itu tak kurang pentingnya, sebab yang menjadi inti, sari atau jiwa suatu kebudayaan pada suatu tempat dan masa itu tidaklah lain dari pada pikiran –pikiran ahli pikir bangsa itu pada tempat dan masa itu. Dalam tiap-tiap zaman filsafatlah dalam arti yang seluas-luasnya yang menetapkan, apa yang dikehendaki, apa yang dicita-citakan suatu masyarakat, apa yang baik dan yang buruk, apa yang beharga dan tak berharga. Pengetahuan dunia, kebahagiaan manusia, kebaikan dan keadilan tidaklah lagi dinantikan dari tenaga-tenaga yang gaib, tetapi dari pikiran dan perbuatan manusia sendiri, dan filsafat tidak lain daripada ilmu yang mencari kebenaran itu, agar dapat dipakai oleh manusia untuk kebahagiaan hidupnya.

Filsafat mengajarkan kita hidup dengan lebih sadar dan insaf, memberikan pandangan tentang manusia tentang hidupnya dalam menerobos sampai intisarinya, sehingga kita akan lebih tegas dalam melihat baik keunggulannya, kebesaranya maupun kelemahanya dan keterbatasanya. Dengan ini dapat kita peroleh perhatian bagi sifat kepribadian yang menyendirikan setiap orang, dan hati kita terbuka buat “rahasia” yang menjelma dalam setiap perseorangan dan akhirnya berarti hati kita terbuka bagi sumber segala rahasia ialah Tuhan (soetiono,hanafie,2007:110).

Menilik kepada pentingnya kedudukan filsafat sebagai pusat, sebagai intisari dari pikiran suatu bangsa, yang terjelma dari penghidupan masyarakat dan kebudayaan, telah selayaknya orang menjadi pemimpin dalam pekerjaan pembangunan negara indonesia yang sedang kita bentuk bersama-sama, mempunyai kewajiban mendasarkan usaha dan perbuatanya atas dasar pertimbangan filsafat , yaitu agar setiap usaha, pekerjaan atau ciptaanya tidak tergantung dari awang-awang, tetapi berdasarkan atas kesungguahan mencari pokok kebenaran yang sedalam dalamnya, atau sekurang-kurangyna mereka harus dapat menempatkan dan menghargai aliran-aliran yang berkuasa didunia sekarang sampai pada dasar dan pokoknya yang terkhir, sehingga mereka mempunyai pedoman bagi segala usaha dan perbuatan mereka.

Dari urain di atas jadi kegunaan filsafat filsafat dapat di kelompokkan menjadi guna filsafat secara teoritis dan guna filsafat secara praktis. Guna filsafat secara teoritis yakni, sebagai sumber ilmu lain, membantu dalam membuat definisi, pemersatu ilmu, dan sebagai pemberi penfsiran yang terdalam, sedangkan guna filsafat secara praktis yakni, sebagai pendorong berfikir kritis dan sebagai pembangun hidup kemanusiaan. Menurut’ Salam (1988:24) filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pemikiran tersebut secara sistematis.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komperhensif.
4. Menjadikan diri bersikap dinamis dan terbuka menghadapi berbagai problem.
5. Membuat diri menjadi menusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungan dengan orang lain.
7. Menyadari kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi dalam hubunganya dengan orang lain, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa.
8. Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara umum guna filsafat, yaitu membawa berfikir logis, runtut dan sisitematis; mengarahkan untuk memiliki wawasan luas; mengarahkan untuk tidak bersikap statis; membantu berfikir secara mendalam; memambah ketakwaan; menjadikan manusia sadar akan kedudukannya.


D. Penutup

Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat mempunyai kegunaan baik teoritis maupun praktis. Daya dan upaya manusia untuk memikirkan seluruh kenyataan dengan sedalam-dalamnya itu tidak dapat tiada pasti berpengaruh atas kehidupanya. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat yang teoritis akan bermuara pada kehendak dan perbuatan yang praktis yang penting bagi perwujudan dan pembagunan umat manusia ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya.


DAFTAR PUSTAKA

S.Takdir Alisjahbana.1981.pembibing Kefilsafatan.Jakarta:Dian Rakyat.
Lasio,Yuwono.1985.Pengantar Ilmu Filsafat.Yogyakarta:Liberty.
Burhanudin Salam.1988.Pengantar Filsafat.Jakarta: PT Bina Aksara.
Soetriono,Rita Hanafie.2007.Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian.Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Al’aras.2008.Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia.Skripsi.Palembang: Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah.
Muhammad khofifi.2009.”kegunaan pelajaran filsafat” (http//www.wordpress.com) Diakses pada tanggal 14 Mei 2011 pk.20.30.


Sumber : http://layanan-guru.blogspot.com/2013/02/makalah-ringkas-mengenai-kegunaan.html

Mengoptimalkan Fungsi Otak Kanan

Sejatinya otak manusia diciptakan Tuhan begitu sempurna dan super canggih karena memiliki 3 jenis otak yaitu: otak reptil, otak mamalia, danhuman brain (diistilahkan denganNeo Cortex atau Cerebral Cortex). 

Di dalam human brain inilah kita mengolah informasi melalui otak kiri dan otak kanan yang punya tugas masing-masing. Otak kiri merupakan otak akademis yang berisikan: logika, analisis, bahasa dan matematis. Sementara otak kanan adalah otak kreatif karena dipenuhi imajinasi, emosi, intuisi, dan spiritual. Idealnya, keseluruhan bagian otak kita (termasuk sisi kanan dan kiri, depan dan belakang) haruslah berkembang seimbang agar hidup kita lebih utuh, sehat, dan bahagia. 



Berikut adalah 5 cara yang bisa dicoba untuk menyelaraskan kerja otak kiri dan kanan Anda:

Bergabung dalam kelas seni
Mungkin Anda merasa tidak berbakat melukis, tapi bukan berarti Anda tidak berbakat menari, bermain musik atau membuat keramik. Selain mengembangkan kepekaan rasa dan kreativitas, Anda pun bisa mengeksplorasi bakat seni Anda yang selama ini mungkin terpendam.  

Lakukan hal yang berbeda

Ketika menjalani rutinitas bertahun-tahun, pikiran kita pun terpaku pada satu jalur saja. Apalagi menurut riset terakhir National Institute of Health Study, semakin bertambah usia, otak kurang tanggap terhadap dopamin (cobalah agendakan suatu kegiatan yang berbeda setiap hari dan nikmati saja tanpa perlu memikirkan hasilnya. Tidak perlu perubahan yang besar, mulailah dengan hal kecil seperti: pakailah baju di luar warna favorit Anda, cobalah menulis dengan tangan kiri, atau cicipi makanan yang sama sekali belum pernah Anda makan). Dengan melakukan hal berbeda, akan merangsang dopamin di otak yang menimbulkan rasa senang dan gairah (excitement).

Banyak bergerak

Metode brain gym yang diciptakan Paul E. Dennison membuktikan adanya hubungan antara kinestetik (gerakan) dan kerja otak. Ketika badan terasa kaku, pikiran pun tidak dapat mengalir. Dengan hanya melakukan gerakan tubuh bagian kiri, sebenarnya kita sudah mengaktifkan otak kanan (otak bekerja menyilang).  Maka, bergeraklah untuk merangsang kerja otak.

Bebaskan pikiran
Ciptakan zona hening setiap hari. Tidak perlu belajar meditasi, cukup luangkan waktu sejenak untuk sekadar duduk diam dan tarik napas dalam. Anda juga bisa menganggapnya sebagai waktu khusus untuk mematikan ponsel, laptop, dan semua akses komunikasi lainnya. Dalam diam, biasanya imajinasi dan kreativitas bisa mengalir lebih lancar. 

Ikhlas
Jika selama ini kita selalu menginginkan hasil akhir yang sempurna, maka kita harus merencanakan segala hal dengan cermat. Dan ketika hasilnya tidak sesuai rencana, kita pun kecewa, sedih. Cobalah sesekali belajar membiarkan segala sesuatu terjadi apa adanya atau ikhlas. Dengan begitu, kita justru bisa lebih relaks melakukan sesuatu dan memperoleh hasil yang tak terduga.