|
Sumber, Google-Image |
Lanjutan >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Dalam proses sosial terdapat interaksi
sosial, yaitu sustu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi
apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
1. Kontak
sosial
2. Komunikasi
Baik kontak sosial maupun komunikasi
dapat menghasilkan interaksi sosial yang positif dan dapat pula negatif. Hal
ini bergantung kepada hasil akhir dari interaksi sosial itu.
1. Kontak
antarindividu. Misalnya anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru atau
siswa dengan siswa di sekolah.sudah tentu kontak-kontak ini memiliki
maksud-maksud tersendiri, seperti minta penjelasan sesuatu, bertanya tentang
suatu hal, belajar bersama, dan sebagainya.
2. Kontak
antara individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contohnya ialah seorang remaja
ingin ikut perkumpulan sepak bola, seorang guru mengajar di kelas, pengurus BP3
mendatangi kepala sekolah un tuk keperluan tertentu, dan sebagainya.
3. Kontak
antarkelompok, misalnya rapat orang tua sisiwa dengan guru-guru, dua
perkumpulan sosial bernegosiasi untuk mengatasi kenakalan remaja, dua kelompok
kesenian merencanakan main bersama disuatu daerah, dan sebagainya.
Komunikasi adalah proses penyampaian
pikirandan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada
sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud
adalah:
1. Melalui
pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halus, kasar, dan
keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
2. Melalui
mimik, seperti raut muka, pandangan dan sikap.
3. Dengan
lambang, contohnya ialah bicara isyarat untuk orang-orang tuna rungu,
menempelkan telunjuk didepan mulut, menggelengkan kepala, menganggukkan kepala,
membentuk huruf O dengan jari tangan, dan sebagainya.
4. Dengan
alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio, televisi, telepon, dan
sejumlah media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, dan
sebagainya.
Keempat alat komunikasi itu dapat
dipakai dalam pendidikan. Namun perlu dipilih agar cocok dengan materi yang
dipelajari anak-anak dan dengan cara mempelajarinya.
Sesudah mempelajari syarat-syarat
interaksi sosial, mari kita lihat bentuk-bentuk interaksi sosial itu, yaitu
sebagai berikut:
1. Kerja
sama, misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama
antarguru-guru, guru-guru dengan para orang tua siswa, dan sebagainya.
2. Akomudasi,
ialah usaha untuk meredakan pertentangan, mencari kestabilan, serta kondisi
berimbang di antara para anggota. Contohnya ialah hasil kompromi antarsiswa
dalam menentukan tujuan daerah karyawisata.
3. Asimilasi
atau akulturasi, ialah usaha mengurangi perbedaan pendapat antaranggota serta
usaha meningkatkan persatuan pikiran, sikap, dan tindakan dengan memperhatikan
tujuan-tujuan bersama. Demokrasi dalam pendidikan pakaian seragam, dan
perlaukuan sama di sekolah adalah upaya memperlancar asimilasi dalam dunia pendidikan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya akulturasi yaitu:
a. Toleransi
b. Menghargai
kebudayaan orang lain
c. Sikap
terbuka
d. Demokrasi
dalam banyak hal
e. Ada
kepentingan yang sama
4. Persaingan,
sebagai bentuk interaksi sosial yang negatif. Misalnya persaingan untuk
mendapatkan nilai akademik tertinggi dan persaingan dalam perbagai perlombaan.
Kadang-kadang persaingan dapat juga meningkatkan daya juang seseorang. Namun,
persaingan dalam pendidikan lebih banyak negatifnya daripada positifnya.
5. Pertikaian,
adalah proses sosial yang menunjukkan pertentangan atau komflik satu dengan
yang lain. Banyak hal yang dapat menimbulkan komflik seperti perbedaan
kepentingan, kebudayaan, dan pendapat. Dapat juga disebabkan karena perbedaan
tingkat sosial, atau karena rasa iri dan cemburu. Sekolah seharusnya berusaha
meniadakan sumber-sumber pertentangan ini.
Kini mari kita lanjutkan dengan
pembahasan tentang kelompok sosial. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia itu
merupakan suatu individu dan sekligus bagian dari masyarakat. Sebagai suatu
individu, ia merupakan satu kesatuan yang utuh serta bersifat unik. Di samping
itu ia juga merupakan bagian dari masyarakat, ia merupakan makhluk sosial. Ia
selalu mencari orang atau orang-orang lain untuk diajak berteman. Ini
membuktikan ia sebagai makhluk sosial.
Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah
orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang
sama. Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu:
1. Setiap
anggota meiliki kesadaran sebagai bagian dari kelompok.
2. Ada
interaksi atau hubungan timbal balik antara anggota.
3. Mempunyai
tujuan yang sama.
4. Membentuk
norma yang mengatur ikatan kelompok.
5. Terjadi
struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai dasar
kegiatan dalam kelompok.
Dalam dunia pendidikan kelompok sosial
ini bisa berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa,
kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah, dan sebagainya.
Dalam kelompok sosial dibedakan antara
kelompok primer dan skunder. Kelompok primer akan terjadi manakala hubungan
antaranggota cukup erat, kenal, dan akrab satu dengan yang lain. Pada umumnya
jumlah anggota kelompok ini kecil, misalnya kelas dan kelompok belajar di
rumah. Sedangkan kelompok skunder adalah kelompok yang anggotanya cukup banyak
sehingga sering mereka tidak kenal satu dengan yang lainnya. Contoh kelompok
skunder adalah doden-dosen suatu perguruan tinggi yang besar, dan beberapa
organisasi profesi.
Ada istilah lain yang berhubungan dengan
kelompok sosial, yaitu kelompok formal dan kelompok informal. Dikatakan
kelompok formal sebab kelompok itu memiliki urutan-urutan yang jelas yang
sengaja diciptakan untuk menegakkan kelompok itu. Sebaliknya kelompok informal
adalah kelompok yang tidak punya peraturan seperti itu. Mereka berkelompok
karena kepentingan yang sama ditempat yang sama. Kelompok-kelompok dalam dunia
pendidikan pada umumnya bersifat formal.
Berbeda dengan kelompok-kelompok sosial
yang sifatnya terutama adalah kerumunan yang sifatnya tidak teratur. Dalam
dunia pendidikan jarang terjadi kerumunan, sebab hampir semua kegiatannya
direncanakan sejak awal. Namun hal itu kadang-kadang juga bisa terjadi, seperti
ada orang luar yang mencopet di halaman sekolah dan tertangkap, akan mengundang
kerumunan anak-anak untuk mengetahuinya.
Setiap kelompok sosial memiliki
dinamikanya sendiri-sendiri, yang disebut dinamika kelompok. Dinamika ini
bermanfaat bagi setiap kelompok untuk memajukan kelompoknya. Ada dua teori yang
dipakai untuk meningkatkan prodiktivitas kelompok sosial, yaitu: (wuraji, 1988
dan sudardja, 1988).
1. Teori
Struktural Fungsional
2. Teori
Konflik
Masing-masing akan dijelaskan pada
bagian berikut.
Teori Struktural Fungsional memanfaatkan
struktur dan fungsi untuk meningkatkan produktivitas kelompok. Yang dimaksud
dengan struktur ialah bagian-bagian kelompok dengan peranan dan posisinya
masing-masing. Tiap-tiap bagian itu memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bila
struktur itu disempurnakan dan fungsinya ditingatkan atau diintensifkan, maka
diyakini kerja kelompok akan menjadi lebih baik yang membuat produktivitasnya
menjadi meningkat. Teori ini dapat diaplikasikan di sekolah atau di kantor
pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi kerja para personalia pendidikan.
Teori konflik menggunakan
prinsip-prinsip pemaksaan dalam melakukan perbaikan atau perubahan kelompok
sosial. Misalnya agar dosen-dosen beramai-ramai meneruskan ke S2 atau S3, maka
diadakan peraturan yang menyatakan dosen paling sedikit tamat S2. Begitu pula
dengan pengumuman bagi siswa yang belum melunasi SPP tidak boleh ikut ujian.
Sama halnya dengan teori strukturan fungsional, teori inipun kemudian
dikembangkan menjadi teori radikal. Artinya perubahan-perubahan dalam kelompok
sosial dilakukan secara radikal. Yang memegang kekuasaan melakukan perubahan
ialah kelompok kecil yang elit yang ada di kelompok sosial itu.
di samping struktur, fungsi, dan tekanan
yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok, seperti diuraikan di
atas, masih ada beberapa faktor yang merupakan kekuatan-kekuatan dalam kelompok
yang menimbulkan dinamika kelompok. Kekuatan-kekuatan yang dimaksud adalah:
1. Tujuan
kelompok. Bila tujuan berubah atau sulit dicapai, maka dinamika kelompok akan
mucul.
2. Pembinaan
kelompok. Pembinaan berarti membuat sesuatu agar lebih baik atau berubah dari
keadaan semula. Hal ini jelas dapat mengganggu kestabilan kelompok.
3. Rasa
persatuan dalam kelompok. Sikap seperti ini biasanyamemberi dorongan untuk
meningkatkan aktivitas kelompok. Misalnya ingin menjadi kelompok terbaik.
4. Iklim
kelompok. Iklim atau suasana kelompok yang kondiktif akan membawa ketenangan
dan meningkatkan prestasi. Sebaliknya iklim kelompok yang tidak baik, iri dan
banyak permusuhan misalnya, akan membuat kelompok menjadi rusak serta
menurunkan prestasi.
5. Efektivitas
kelompok. Makin efektif suatu kelompok makin meningkat produktivitasnya.
Berbicara tentang dinamika kelompok,
maka perlu diketahui tentang istilah dinamika yang stabil. Dinamika yang baik
ialah dinamika yang stabi. Sebab bila suatu kelompok disebut dinamis bisa saja
menjurus ke hal-hal yang negatif, seperti menggoyahkan persatuan dan kesatuan,
menggoyahkan kepemimpinan, demonstrasi oleh yang tidak sepakat dengan hal-hal
yang baru, dan sebagainya. Sebaliknya stabil juga tidak baik, sebab suatu
kelompok sosial mencerminkan stasis, mempertahankan status quo, dan anti
perubahan. Artinya kelompok ini berusaha maju mengikuti zaman atau
mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan
kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prinsip yang melandasi
kestabilan kelompok, yaitu integritas, ketenangan, dan konsensus.