Learn from experience

BELAJAR.NET-"Life is a journey to be experienced, not a problem to be solved".

Grateful Every Time

BELAJAR.NET-"Do something today that your future self will thank you for".

the Road to Success

BELAJAR.NET-"Work hard in silence. Success be your noise"..

Learning Without Limits

BELAJAR.NET-"Don't stop learning because life doesn't stop teaching"

Focus on What you Want

BELAJAR.NET-"Your time is limited, so don't waste it living someone else's life".

Mafhum dan Pembagiannya

     
A.    Mafhum dan Pembagiannya
Mafhum secara bahasa adalah sesuatu yang dipahami dari suatu teks, sedangkan menurut istilah adalah “pengertian tersirat dari suatu lafal (mahfum muwafaqah) atau pengertian kebalikan dari pengertian lafal yang diucapkan (mafhum mukhalafah).
Tegasnya, dilālat al-mafhūm itu adalah penunjukkan lafal nash atas suatu ketentuan hukum yang didasarkan atas pemahaman dibalik yang tersurat.
      Contohnya Q.S al-Isra’ ayat 23:
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا
“Jangan kamu mengucapkan kepada kedua ibu bapakmu ucapan “uf” dan janganlah kamu membentak keduanya”.
Hukum yang tersurat dalam ayat tersebut adalah larangan mengucapkan kata kasar “uf” dan menghardik orang tua. Dari ayat itu juga dapat dipahami adanya ketentuan hukum yang tidak disebutkan (tersirat) dalam ayat tersebut, yaitu haramnya memukul orang tua dan perbuatan lain yang menyakiti orang tua.
Mafhum dapat dibagi kepada dua macam, yaitu mafhum muwafaqah dan mafhum mukhalafah.
1.   Mafhum Muwafaqah
Adalah suatu petunjuk kalimat yang menunjukkan bahwa hukum yang tertulis pada kalimat itu berlaku pada masalah yang tidak tertulis, dan hukum yang tertulis ini sesuai dengan masalah yang tidak tertulis karena ada persamaan dalam maknanya. Disebut mafhum muwafaqah karena hukum yang tidak tertulis sesuai dengan hukum yang tertulis.

Mafhum muwafaah dibagi menjadi dua bagian:[viii]
a.    Fahwal Khitab, yaitu apabila yang dipahamkan lebih utama hukumnya daripada yang diucapkan.
Contohnya firman Allah swt dalam QS. Al-Isra’ ayat 23:
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
“Janganlah kamu mengatakan kata-kata keji kepada dua orang ibu bapakmu.”
Sedangkan kata-kata keji saja tidak boleh (dilarang) apalagi memukulnya.
b.     Lahnal Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya dengan yang diucapkan.
Seperti firman Allah swt.:
إِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ أَمْوَالَ اٌلْيَتَمَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِى بُطُوْنِهِمْ نَارًاصلى وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta benda anak yatim secara aniaya sebenarnya memakan api kedalam perut mereka”.
Membakar atau setiap cara yang menghabiskan harta anak yatim sama hukumnya dengan memakan harta anak yatim, yang berartti dilarang (haram).
2.   Mafhum mukhalafah
Adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang diucapkan. Seperti dalam firman Allah swt pada QS. al-Jum’ah ayat 9:
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ
Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.”
Dapat dipahami dari ayat ini, bahwa boleh jual beli di hari jum’at sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat.
Mafhum mukhalafah sendiri terbagi menjadi :
a.    Mafhum al-Washfi (pemahaman dengan sifat) adalah petunjuk yang dibatasi oleh sifat, menghubungkan hukum sesuatu kepada syah satu sifatnya.

Dalam mafhum sifat terdapat tiga bagian, yaitu mushtaq, hal (keterangan keadaan) dan ‘adad (bilangan). Misalnya pada sabda Rasulullah saw.:
فِي السَّائِمَةِ زَكاَةِ
“para binatang yang digembalakan itu ada kewajiban zakat”
Mafhum mukhalafahnya adalah binatang yang diberi makan, bukan yang digembalakan.[ix]
Mafhum sifat ada 3 macam:
1)    Mustaq dalam ayat.
Contohnya dalam QS. Al-Hujarat ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh seseorang yang adil wajib diterima.
2)      Hal (keterangan keadaan)
Seperti fiman Allah, QS. Al-Maidah ayat 95:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ وَمَنْ قَتَلَهُ مِنْكُمْ مُتَعَمِّدًا فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ هَدْيًا بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَوْ عَدْلُ ذَلِكَ صِيَامًا لِيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil diantara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makanan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya, Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.”
Ayat ini menunjukkan tiadanya hukum bagi orang yang membunuhnya karena tak sengaja. Sebab penentuan “sengaja” dengan kewajiban membayar denda dalam pembunuhan binatang buruan tidak sengaja.
3)      ‘Adad (bilangan)
Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 197:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasikh dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.”
Mafhumnya ialah melakukan ihram diluar bulan-bulan itu tidak syah.
b.    Mafhum illat adalah menghubungksn hukum sesuatu karena illatnya. Mengharamkan minuman keras karena memabukkan.[x]
c.    Mafhum ghayah (pemahaman dengan batas akhir) adalah lafal yang menunjukkan hukum sampai pada ghayah (batasan, hinggaan), hingga lafal ghayah ini ada kalanya dengan “illa” dan dengan “hatta’. Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 6:
اِذَا قُنْتُمْ اِلىَ الصَّلَوةِ فاَغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ واَيْدِيَكُمْ أِلىَ الْمَرَافِقِ....
“bila kamu hendak nmengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kepada siku”.
Mafhum mukhalafahnya adalah membasuh tangan sampai kepada siku.
d.   Mahfum laqaab (pemahaman dengan julukan) adalah menggantungkan hukum kepada isim alam atau isim fiil. Seperti firman Allah SWT:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu.” Mafhum mukhalafahnya adalah selain para ibu.[xi]
e.    Mafhum hasr adalah pembatasan. Seperti dalam firman Allah swt.:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”
Mafhum mukhalafahnya adalah bahwa selain Allah tidak disembah dan tidak dimintai pertolongan. Oleh karrena itu, ayat tersebut menunjukkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan dimintai pertolongan.[xii]
f.     Mafhum syarat , adalah petunjuk lafadz yang memberi fadah adanya hukum yang dihubungkan dengan syarat supaya dapat berlaku hukum yang sebaliknya. Seperti dalam surat al-Thalaq ayat 6:
...وَإِنْ كُنَّ أُولاَتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوْا عَلَيْهِنَّ...
“...Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mererka nafkahnya.”
Mafhum mukhalafahnya adalah istri-istri tertalak itu tidak sedang hamil, tidak wajib diberi nafkah.[xiii]


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahhab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqih Kaidah Hukum Islam. Cetakan pertama. Jakarta : Pustaka Amani, 2003.
Karim, Asyafe’i. Fiqih Ushul Fiqih. Cetakan kedua. Bandung : CV Pustaka Setia, 2001.
Sya’ban, al-Din. Ushul al-Fiqh al-Islami. Mesir: Dar al-Ta’lif, 1965
Syafe’i, Rachmat. Ilmu Ushul Fiqih. Cetakan keempat. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2010.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, Jilid II. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001.
Tim Penyusun. Studi Al-Qur’an. Cetakan pertama. Surabaya : IAIN SA Press, 2011.
Zuhaili, Wahbah. Ushul al-Fiqh al-Islam, Jilid I. Damaskus: Dar al-Fikr, 1986

Mantuq dan pembagiannya

   
 A. Mantuq dan Pembagiannya
Mantuq secara bahasa  adalah “sesuatu yang diucapkan”, sedangkan menurut istilah yaitu pengertian harfiah atau makna yang ditunjukkan oleh lafadz yang diucapkan itu sendiri. Pada dasarnya mantuq itu dibedakan berupa nash dan zahir.
Kalangan ulama Syafi’iyah[i], dilâlah  lafal nash dibagi kepada dua macam,  yaitu  dilâlat al-mantûq  (دلالـة الـمـنطوق dan  dilâlat  al-mafhûm دلالـة الـمـفـهـوم))Yang dimaksud dengan dilalat al-mantuq ialah :
دلالـة الـمـنطوق هى دلا لـة اللـفـظ عـلى حـكـم شـئ ذكـر فى الـكلآ م ونـطـق بـه.
“Dilalat al-mantuq ialah penunjukkan lafal nash atas suatu ketetapan hukum (pengertian) sesuai dengan apa yang diucapkan dan dituturkan langsung oleh lafal.”
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa dilâlat al-mantûq ialah suatu ketetapan hukum yang dapat dipahami dari penuturan langsung lafal nash secara tekstual. Sebagai contoh dapat dilihat pada Q.S An-Nisa’ (4): 23:
اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ
“… Diharamkan bagi kamu (menikahi) anak-anak tiri yang berada dalam asuhan kamu dari isteri-isteri yang telah kamu gauli…”
Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa mantuq-nya ialah menunjukkan secara jelas bahwa haram menikahi anak-anak tiri yang berada dalam asuhan suami dari isteri-isteri yang sudah digauli. Dilãlat al-mantûq dibagi kepada dua macam, yaitu; mantûq sarih dan mantuq gairu sharih.
1.  Mantûq Sarih
Menurut Wahbah Zuhaili[ii] yang dimaksud dengan mantûq sharih ialah penunjukkan lafal nash yang jelas secara langsung tercakup dalam ungkapan lafal nash. Manthuq syarih dalam istilah ulama Syafi’iyah ini adalah apa yang di istilahkan dengan dilalah ibarah dalam pengertian ulama Hanafiyah.[iii]

Pada dasarnya mantuq ada yang berupa nas, zahir:
a.       Nash
Adalah lafadz yang bentuknya telah dapat menunjukkan makna yang secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan makna lain. Seperti firman Allah swt. dalam Surat al-Baqarah: 196
فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ
“Maka wajib berpuasa 3 hari dalam  masa haji dan tujuh hari lagi apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna.”
Tujuan utama dari mantuq nash ialah kemandirian dalam menunjukkan makna secara pasti.[iv]
b.      Zahir
Adalah suatu perkara yang menunjukkan sesuatu makna yang segera dipahami ketika ia diucapkan, tetapi disertai kemungkinan makna lain yang lemah. Seperti firman Allah swt dalam Q.S. al-Baqarah: 173
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108]. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2.   Mantûq Ghairu Sarih 
Mantuq gairu sharih ialah penunjukkan lafal nash yang tidak jelas. Dan terbagi menjadi 3 macam:
a.       Dalalat al-Ima’, yaitu suatu pengertian yang bukan ditunjukkan langsung oleh suatu lafal, tetapi melalui pengertian logisnya karena memyebutkan suatu hukum langsung setelah menyebut suatu sifat atau peristiwa.


Misalnya, hadits yang riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Sa’id bin Zaid bahwa Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ جَابِرِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْ أَحْيَ أَرْضًا مَيِّتَةً فَهِيَ لَهُ {رواه الترمذى}
“Dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Muhammad saw. bersabda: Barangsiapa yangmenghidupkan (mulai mengelolah) tanah yang sudah mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” ( HR. At-Tirmidzi)
Hadits tersebut di samping menunjukkan hukum melalui mantuqnya seperti yang jelas tertulis, juga melalui dalalat al-ima’nya, yaitu bahawa aktivitas menghidupkan tanah mati itulah yang menjadi illatnya bagi pemilikan tanah untuknya.[v]
b.  Dalalat al-Isyarah adalah suatu pengertian yang ditunjukkan oleh suatu redaksi, namun bukan pengertian aslinya, tetapi merupakan suatu kemestian atau konsekuensi dari hukum yang ditunjukkan oleh redaksi itu.
Contohnya dalam surat Al-Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”[vi]
c.   Dalalat al-Iqtida’ adalah pengertian kata yang disisipkan secara tersirat (dalam pemahaman) pada redaksi tertentu yang tidak bisa dipaami secara lurus kecuali dengan adanya penyisipan itu.
Contohnya sebuah hadits Rasulullah menjelaskan:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِ يٍّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتَكْرِهُوَا عَلَيْهِ {رواه ابن ماجه}
“Dari Abu Dzar al-Ghiffari berkata, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah mengangkat dari umatku tersalah, lupa dan keterpaksaan.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits tersebut secara jelas menunjukkan bahwa tersalah, lupa dan keterpaksaan diangkatkan dari umat Muhammad saw. pengertian tersebut sudah jelas ridak lurus, karena bertentangan dengan kenyataan. Untuk meluruskan maknanya perlu disisipkan secara tersirat kata al-ism (dosa) atau al-hukm (hukum), sehingga demikian arti hadits menjadi : diangkatkan dari umatku (dosa atau hukum) perbuatan tersalah, karena lupa atau karena keterpaksaan.[vii]

Pengertian Qiyas

1. Pengertian qiyasQiyas menurut bahasa Arab berarti menyamakan, membandingkan atau mengukur, seperti menyamakan si A dengan si B, karena kedua orang itu mempunyai tinggi yang sama, bentuk tubuh yang sama, wajah yang sama dan sebagainya. Qiyas juga berarti mengukur, seperti mengukur tanah dengan meter atau alat pengukur yang lain. Demikian pula membandingkan sesuatu dengan yang lain dengan mencari persamaan-persamaannyaMenurut para ulama ushul fiqh, ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan 'illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu2. Dasar hukum qiyas Sebagian besar para ulama fiqh dan para pengikut madzhab yang empat sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar hujjah dalam menetapkan hukum dalam ajaran Islam. Hanya mereka berbeda pendapat tentang kadar penggunaan qiyas atau macam-macam qiyas yang boleh digunakan dalam mengistinbathkan hukum, ada yang membatasinya dan ada pula yang tidak membatasinya, namun semua mereka itu barulah melakukan qiyas apabila ada kejadian atau peristiwa tetapi tidak diperoleh satu nashpun yang dapat dijadikan dasar. 4. Rukun qiyasAda empat rukun giyas, yaitu1.Ashal, yang berarti pokok,2. Fara' yang berarti cabang
3. Hukum ashal,4. 'IIIat,c. 'Illat'Illat ialah suatu sifat yang ada pada ashal yang sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal serta untuk mengetahui hukum pada fara' yang belum ditetapkan hukumnya, seperti menghabiskan harta anak yatim merupakan suatu sifat yang terdapat pada perbuatan memakan harta anak yatim yang menjadi dasar untuk menetapkan haramnya hukum menjual harta anak yatim.Para ulama sepakat bahwa Allah SWT membentuk hukum dengan tujuan untuk kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Kemaslahatan itu adakalanya dalam bentuk mengambil manfaat (jalbul manâfi') dan adakalanya dalam bentuk menolak kerusakan dan bahaya (darul mafâsid). Kedua macam bentuk hukum itu merupakan tujuan terakhir dari pembentukan hukum yang disebut hikmah hukum.
1. Syarat-syarat 'illatAda empat macam syarat-syarat yang disepakati ulama, yaitu:1.      Sifat 'illat itu hendaknya nyata.
2.       Sifat 'illat itu hendaklah pasti,3.       'Illat harus berupa sifat yang sesuai dengan kemungkinan hikmah hukum,4.       'Illat itu tidak hanya terdapat pada ashal saja,2. Pembagian 'Illat      Ditinjau dari segi ketentuan pencipta hukum (syari') tentang sifat apakah sesuai atau tidak dengan hukum, maka ulama ushul membaginya kepada empat bagian, yaitu:a.       Munasib mu'tsir
b.      Munasib mulaimc.       Munasib mursald.Munasib mulghaa

Mendidik Anak

BALAJAR.NET - Didiklah anak-anakmu Sesuai dengan ajaran Agama, agar kelak dia Berguna dan Selamat Dunia dan Akhirat ;

Anakku,
Jangan marah jika ayah bundamu tidak membelikanmu TEROMPET ala YAHUDI,
Jangan sedih jika ayah & bunda tidak membelikanmu lonceng2an ala org2 NASRANI.


Jangan pula engkau murung karena bunda tidak belikan kembang api karena itu menyerupai MAJUSI.
Dan janganlah kecewa jika ayah & bunda tidak membawamu di keramaian "Tahun baru"... karena itu hari2 besar & Tasyabuh (menyerupai/mengikuti gaya hidup) terhadap orang kafir.
Anakku, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam salah satu hadits shohihnya:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”.
Ayah dan bunda sungguh takut melanggar larangan Rasululloh, yg berarti itu mendatangkan murka Allah. Apakah engkau rela jika ayah bundamu dilemparkan kedalam neraka, karena ayah dan bunda tidak mendidikmu diatas ISLAM?
Banggalah wahai anakku, bersyukurlah wahai buah hatiku, karna ٱللَّهُ سبحانه و تعالى telah mentakdirkan kita hidup diatas agama ISLAM, agama yg Haqq.
Bersabarlah sayang, krn sudah sunatulloh (jalan yg pasti) bahwa berpegang teguh pd ajaran Islam itu banyk godaannya. Namun, berbahagialah wahai permataku... InsyaAllah didalam KETERASINGAN kita akan tetap bertahan krn Rasululloh bersabda:
“Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali terasing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing”
Wallahulmusta'an.
Semoga kita slalu istiqomah dlm mendidik anak2 kita di jalan yg diridhoi آمِينْ.. آمِينْ.. يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْن.
Subhanallah...

COMULONIMBUS dalam AL-Qur~an

ALQURAN DAN AWAN CUMULUS NIMBUS
Pesawat Airbus Air Asia A 320 dengan nomor penerbangan QZ 8501 telah hilang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura.
Jatuhnya pesawat tersebut disebabkan oleh awan Cumulus Nimbus yang yang tinggi seperti gunung-gunung raksasa yang dapat menyebabkan turbulensi dan mesin mati. Oleh karena itu, awan ini kerap dihindari oleh para pilot.
“Di dalam awan Cumulus Nimbus terdapat butiran es yang menyebar, dan badai petir yang mengkilat, kalau butiran es itu masuk ke engine maka dapat menyebabkan engine mati,” jelas pakar dirgantara.
Subhanallah, Nabi Muhammad SAW 1400 tahun silam tanpa pesawat, tanpa satelit dan tanpa teropong, tanpa teknologi dapat menjelaskan jenis awan Cumulus Nimbus yang dituliskan dalam kitab Al-Quran
Mari kita baca Quran Surat AnNur 24: 43. Berikut terjemahnya;
"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan lalu mengumpulkannya, kemudian Allah menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (awan Cumulus Nimbus seperti) gunung-gunung tinggi, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dihindarkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan". [QS. An-Nur 24 : 43]
Maha Benar Allah, dengan segala Firmannya..
Semoga kita selalu mendapatkan ilmu, hidayah dan perlindungan Allah Subhana wata’ala dimanapun kita berada... Amiin ya Rabbal’alaamiin.

7 Kalimat Penghapus Dosa

BELAJAR.NET - Beberapa kalimat penghapus Dosa :

7 KALIMAT PENGHAPUS DOSA.
Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebesar lautan :
(1) Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.

(2) Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
(3) Mengucap Astagfirullah jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.
(4) Mengucap Insya Allah jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok.
(5) Mengucap La haula wala kuwwata illa billah jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.
(6) Mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun jika menghadapi dan menerima musibah.
(7) Mengucap La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah sepanjang siang malam sehingga tak terpisah dari lidahnya.
SUBHANALLAH.

Manfaat Bersegera Ke Mesjid

  • Barang siapa yang bersegara datang ke masjid untuk melaksanakan sholat Jum’at seakan-akan dia telah bersedekah dan berkurban dengan kurban yang besar. Hal ini sesuai dengan hadist Abu Hurairah r.a bahwasanya Rosulullah saw bersabda : من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة ثم راح فكأنما قرب بدنة و من راح في الساعة الثانية فكأنما قرب بقرة ومن راح في الساعة الثالثة فكأنما قرب كبشا أقرن ومن راح في الساعة الرابعة فكأنما قرب دجاجة ومن راح في الساعة الخامسة فكأنما قرب بيضة فإذا خرج الإمام حضرت الملائكة يستمعون الذكر “ Barang siapa mandi pada hari Jum’at seperti mandi junub, kemudian pergi ( ke masjid ) pada waktu yang pertama, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor unta. Dan barang siapa yang datang pada waktu kedua, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor sapi. Dan barang siapa yang datang pada waktu yang ketiga, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor domba yang bertanduk. Dan barang siapa yang datang pada waktu yang keempat, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor ayam. Dan barang siapa yang datang pada waktu yang kelima, maka seakan-akan dia berkurban dengan sebutir telur. Maka, jika imam telah keluar, malaikatpun bergegas untuk mendengarkan khutbah.” ( HR Bukhari dan Muslim )

Info Bermanfaat untuk pecinta Durian

(*) UNTUK Pecinta DURIAN 
Info penting !! Info kesehatan breaking news »». karena lagi musim durian. HATI2 !!! Durian VS minuman coca cola !!! Racunnya lebih dasyat dari racun ular Cobra !!!! Banyak Touris / org asing ... bepergian ke Thailand, mereka makan banyak durian & minum coca cola, keracunan kafein terjadi yang disebabkan oleh lonjakan tekanan darah, hasilnya menyebabkan kematian jantung mendadak, ini terjadi pd pemuda berusia 28 tahun. Mayoritas Penduduk Thailand tahu jelas, setelah makan durian, dalam waktu 8 jam tidak boleh minum Coca cola. Penggemar durian itu banyak... Mari meneruskan berita ini ke sesama untuk mencegah / ingatkan mereka. Bahkan jika Anda sudah baca dan biarkan semua orang tahu itu.Selain Coca cola, kopi, bir, sejenis minuman alkohol akan mengakibatkan keracunan pd jantung juga setelah konsumsi durian. Intinya ..... Makan durian itu cocok hanya minum air putih, selama 8 jam ke depan. Bagikan info ini kpd teman2 & kerabat & saudara anda ..semoga bermanfaat.

Keburukan Berjilbab ?? Baca dulu .. ayo masukk


BELAJAR.NET - Cahaya Islam (Buat sodaraqu kaum MUSLIMah...
Keburukan Wanita Berjilbab?
Kadang wanita berjilbab kelakuannya lebih buruk dari wanita yang tidak berjilbab. Kata-kata itu selalu didengar.
Memang tidak semua wanita berjilbab itu baik tapi setidaknya mereka sudah melakukan salah satu kewajiban mereka sebagai wanita muslim. Antara kelakuan dan jilbab itu berbeda.
Jilbab itu wajib hukumnya bagi wanita muslim yang sudah baligh, tidak peduli akhlak/kelakuannya baik atau buruk.
Kalau masih belum sanggup melaksanakan kewajiban berjilbab, mohon untuk tidak mencibir wanita yg sudah bisa melakukan kewajiban itu. Jangan menambah dosamu.
Wanita berjilbab walaupun ada yang kelakuannya buruk tapi setidaknya dia sudah melaksanakan salah satu perintah agama, yakni berjilbab.
Dia tidak membiarkan dirinya untuk setiap hari, setiap detik, setiap waktu menanggung dosa karena membiarkan auratnya dilihat oleh orang yang tidak seharusnya melihat.
Subhanallah..

7 Langit Dalam Al-qur`an

7 LANGIT DALAM AL QUR’AN
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat yang terdapat dalam Al Qur’an.
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
- Fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis.
- Fakta tersebut dalam AI-Quran disebutkan sebanyak 7 kali. Begitu juga hari dalam seminggu berjumlah 7 hari, dan langit pun berjumlah 7. Berikut ini adalah ayat-ayatnya:
FirmanNya, "Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit" (Al-Baqarah: 29)
FirmanNya, "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah" (Al-Isra: 44)
FirmanNya, "Katakanlah. Siapakah yang memiliki tujuh langit dan ‘arasy yang besar” (Al-Mu’minun: 84)
FirmanNya, Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya" (Fushshilat: 12)
FirmanNya, Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan reperti itu pula bumi (AI-Thalaq: 12)
FirmanNya, Yang telah menjadikan tujuh langit berlapis-lapias (AI-Mulk: 3)
FirmanNya, Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15)

The Fact in this word now. ( kenyataan yang terjadi) sebuah pelajaran

SEBELUM MENULIS KELUH KESAH DI BBM.. Bismillah .. Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin .....” Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata “Jadi”, maka jadilah (QS. Yasin ; 82) Ketika kita mengeluh : “Capek banget gw....” Allah menjawab : “...dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba :9) Ketika kita mengeluh : “Berat banget yah, gak sanggup rasanya...” Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah : 286) Ketika kita mengeluh : “Stressss nih ... Panik ...” Allah menjawab : “Hanya dengan mengingatKu hati akan menjadi tenang”. (QS. Ar-Ro’d :28) Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh ... ini mah semua bakal sia-sia ..” Allah menjawab :”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al-Zalzalah :7) Ketika kita mengeluh : “Gile aje .. gw sendirian .. gak ada seorangpun yang mau bantuin ...” Allah menjawab : “Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60) Ketika kita mengeluh : “ Duh .. sedih banget deh gw ...” Allah menjawab : “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita:. (QS. At-Taubah :40) Ketika kita mengeluh :"duuh gw udah putus asa banget nih ..!" Allah menjawab : “...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. ( QS.Yusuf : 87) Ketika kita mengeluh : "Gw benci banget, kenapa hal ini harus terjadi dalam hidup gw.." Allah menjawab : "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216) Wallahu a'lam bish-shawab ... SilaHkan di-share untuk teman, sahabat, keluarga, atau bahkan orang yang tidak sodara kenal sekalipun Semoga kita selalu mendapatkan ilmu, hidayah dan perlindungan Allah Subhana wata’ala

Renungan Untuk Manusia

APABILA SEORANG SAKIT...
Apabila seorang hamba Allah jatuh sakit, Allah akan mengutus 4 malaikat :
1. Malaikat Pertama akan mengambil SELERA MAKANNYA 2. Malaikat Kedua akan mengambil REZEKINYA 3. Malaikat Ketiga akan mengambil KECANTIKAN/KETAMPANAN WAJAH ( pucat ) 4. Malaikat Keempat akan mengambil DOSANYA
Apabila telah sampai waktu yang telah Allah tetapkan untuk hambaNya kembali sehat, Allah akan menyuruh Malaikat Pertama, Malaikat Kedua dan Malaikat Ketiga agar mengembalikan apa yang telah diambil oleh mereka. Akan tetapi Allah tidak menyuruh Malaikat Keempat mengembalikan dosa hambaNya tersebut.
Subhanallah, betapa Mulia dan Baik Hati nya Allah terhadap kita. Janganlah bersangka buruk terhadap Allah ketika kita sakit, bersyukurlah dan ucaplah Alhamdulillah ke atasNya. Sesungguhnya setiap kesakitan itu adalah penghapus segala dosa... Semoga kita selalu mendapatkan ilmu, hidayah dan perlindungan Allah Subhana wata’ala dimanapun kita berada... Aamiin ya Rabbal’alaamiin....

Ilmu Adalah Cahaya.


BELAJAR.NET - Meneladani Kejujuran Nabi Sebagai Pemimpin Agung
Sifat Nabi yang ra’uf (penuh kasih) dan rahim (penyayang) membuatnya tak kuasa untuk melihat dan mendengar penderitaan yang dialami oleh umat dan rakyatnya. Sampai Allah menggambarkan, ‘Aziz[un] ‘alaihima ‘anittum (berat terasa olehnya penderitaanmu). Tak hanya itu, Nabi pun sangat berambisi untuk menjadikan umat dan rakyatnya menjadi orang beriman dan selamat dunia-akhirat. Itulah sifat Rasulullah, Muhammad saw.
Dari pidato Nabi saw. yang paling menarik adalah pernyataan baginda saw. yang menyatakan:  “Sesungguhnya seorang pemimpin tidak akan membohongi rakyatnya.”
 “Pemimpin tidak akan membohongi rakyatnya.” Itulah karakter Nabi saw. sebagai pemimpin, dan karakter kepemimpinan Nabi saw. Ucapan, tindakan, hati dan pikirannya dicurahkan demi kemaslahatan rakyatnya, bukan untuk kepentingan pribadinya. Nabi saw. bahkan mengorbankan kepentingan diri dan keluarganya, demi kepentingan umat dan rakyatnya.
Ketika Nabi saw. memilih hidup miskin, bukan karena Nabi saw. tidak bisa mengumpulkan kekayaan, tetapi karena itulah kehidupan yang dipilih Nabi saw. sebagai seorang pemimpin agung, sekaligus panutan.
Begitulah Nabi saw. mengajarkan resep kepemimpinan bagi para pemimpin. Ketika para pemimpin itu tidak jujur, dia akan membuat kebijakan yang memberatkan rakyatnya. Berbagai kebohongan pun disusun, agar tampak rasional. Dengan alasan penghematan, boros, APBN defisit, penimbunan, dan sebagainya, BBM dinaikkan. Padahal, senyatanya kenaikan itu untuk memenuhi nafsu serakah para cukong. Lebih mengherankan, meski sudah jelas membebani rakyatnya, masih saja bisa berbohong, bahwa dengan kenaikan BBM akan mengurangi angka kemiskinan. Padahal, jelas harga sembako baik, tarif angkutan umum naik, dan inflasi pun tak terelakkan. Pendek kata, rakyat sudah ditindas, dibohongi lagi.

For My Mom (Ibuku Tersayang)

MAMAKU
Aku hanya ingin menyampaikan bahwa semua WANITA ITU CANTIK, LAYAK DICINTAI, DIBANGGAKAN.
Semua orang pasti memiliki ”seseorang” yang sangat di Banggakan & dikaguminya, dan bagiku hanya ada seorang terkasih…
Perempuan tercinta… dengan 99% kesempurnaan & kelengkapannya sebagai Perempuan. Seorang Pahlawan & pejuang.
Seorang sahabat & teman curhat. Seorang yang memposisikan dirinya sebagai kakak.
Seorang yang terkadang bertingkah seperti ayahku.
Seorang yang membuatku rela menahan lapar karena menunggu makanan yang dimasaknya dengan cinta.
Seorang yang selalu mendisain baju – baju yang menutup tubuhku dengan indah dan selalu membuat orang lain iri karena aku memiliki seseorang yang begitu ”sempurna”,
Seorang mama yang sedikit cerewet bagi semua anggota keluarga, lingkungan, tetangganya & orang – orang disekitarnya.
Seseorang yang keberadaannya membuat orang merasa terlindungi. Sebuah Anugrah terbesar untukku. Selalu kurindukan… kucintai… kusayangi.. kuhormati..
Satu – satunya orang yang membuatku dengan bangga mengumumkan pada dunia bahwa dia adalah IBUKU …
Wanita Tercantik di Alam Semesta!! Seorang wanita yang menegaskan betapa diriMU mencintaiku lewat dirinya.
Yang telah menghembuskan begitu besar cinta & kesempurnaan-Nya melalui ibuku ..
Ahh ... begitu indah cinta-Mu.. bagaimana aku membalasnya? Tak cukup kata mengembalikan semua cinta-Mu itu…
Lindungilah dia selalu.. Cintailah dia selalu..jagalah dia selalu. I LOVE U MAMA, aamiin ......

Hasil Dari Perbuatan Baik

BUAH DARI PERBUATAN BAIK
Suatu malam di sebuah kota di Philadelphia, AS, sepasang suami istri yang sudah tua masuk ke sebuah hotel kecil. Mereka bertanya kepada seorang resepsionis, "Masih ada kamar untuk kami berdua?"


Jawab si resepsionis, "Maaf, Pak. Penuh semua. Di kota ini kebetulan sedang ada tiga pertemuan besar, sehingga semua hotel penuh. Tetapi saya tidak mungkin menolak Bapak dan Ibu dan menyuruh pergi tengah malam begini, sementara di luar hujan dan badai. Kalau mau, Anda berdua boleh menginap di kamar saya. Saya akan segera membereskan kamar saya untuk Anda."
Pagi harinya, ketika hendak membayar, tamu itu berkata, "Kamu seharusnya bukan menjadi pegawai biasa begini melainkan menjadi manajer hotel besar bertaraf internasional! Mungkin kelak saya akan membangun hotel tersebut dan kamu menjadi manajernya."
Pemuda resepsionis itu melihat mereka dan tersenyum. Lalu, mereka bertiga tertawa.
Dua tahun berlalu. Si resepsionis hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat yang mengingatkannya pada malam hujan badai. Laki-laki muda ini juga diminta datang mengunjungi pasangan tua tersebut di New York. Terlampir, tiket pulang-pergi untuk si pemuda.
Di New York, laki-laki tua itu membawanya ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Lalu, ia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit. Ada 13 lantai dan 450 kamar di sana.
"Itu," kata si laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk dikelola olehmu." 
"Anda pasti sedang bercanda," jawab laki-laki muda itu.
"Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata laki-laki tua itu, sambil tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor dan struktur bangunan megah tersebut adalah Waldorf-Astoria Hotel. Laki-laki muda itu, adalah George C.Boldt.

Berpuasa Arafah


BELAJAR.NET - Pertanyaan : Apabila berbeda penentuan Hari Arafah, sebagai konsekuensi perbedaan mathla' hilal di masing-masing negeri. Apakah kita berpuasa mengikuti ru'yah negeri yang kita tinggal padanya, ataukah mengikuti ru'yah Haramain (Saudi Arabia)

asy-Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah menjawab, Permasalahan ini sangat terkait dengan perbedaan pendapat di kalangan ulama : - Apakah hilal itu satu, berlaku untuk seluruh dunia? - ataukah berbeda-beda sesuai perbedaan mathla' PENDAPAT YANG BENAR hilal itu berbeda-beda sesuai perbedaan mathla' (yakni masing-masing negara berdasarkan ru'yah masing-masing, pen). Misalnya, apabila hilal telah telihat di Makkah, dan hari itu (berdasarkan ru'yah tersebut, pen) adalah hari ke-9; sementara di negeri lain hilal terlihat sehari sebelum Makkah, sehingga hari Arafah adalah hari ke-10 negeri tersebut. Maka mereka (penduduk negeri itu) TIDAK BOLEH BERPUASA pada hari tersebut, karena itu adalah Hari Raya (bagi penduduk negeri tersebut, pen). Demikian pula kalau seandainya di sebuah negeri ru'yah-nya terlambat daripada Makkah. Sehingga tanggal 9 Makkah adalah masih tanggal 8 di negeri itu. Maka mereka berpuasa TANGGAL 9 MEREKA, yang BERTEPATAN DENGAN TANGGAL 10 DI MAKKAH. INI ADALAH PENDAPAT YANG KUAT. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Kemudian apabila kalian melihat hilal (berikutnya) berhari rayalah." Hilal yang tidak terlihat di negeri mereka, berarti mereka tidak dikatakan "melihat hilal". Sebagaimana manusia secara ijma memperhitungkan perbedaan terbitnya fajar dan tenggelamnya matahari di tiap-tiap tempat. Demikianlah waktu bulanan, seperti waktu harian.

KAMU & HARTAMU MILIK ORANG TUAMU




BELAJAR.NET - Dengan Membaca tulisan ini saya berharap kita Semua Sadar Akan Pengorbanan Orang Tua dalam Membesarkan Kita, dan Kita Berbakti Kpeada Mereka. Seorang pemuda suatu hari bertanya kepada seorang ulama: Pemuda : Wahai syaikh ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku ... Syaikh : Ulangi pertanyaanmu Pemuda : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku... Syaikh : Ulangi pertanyaanmu Pemuda : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku ... Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu Pemuda : Ibuku tinggal menumpang bersamaku ... Syaikh : Ulangi lagi pertanyaanmu Pemuda : Wahai syaikh tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong ... Syaikh : Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu Pemuda : Iya syaikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya... Pelajaran yang dapat diambil: Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! Kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakek ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, ada seorang yang menemui Nabi lalu mengatakan, “Sesungguhnya ayahku itu mengambil semua hartaku.” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk jerih payah kalian yang paling berharga. Makanlah sebagian harta mereka.” (HR. Ibnu Majah, no. 2292, dinilai sahih oleh Al-Albani). Semoga ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga orang tua kita .... "Ya ALLAH ampunilah dosa2ku dan dosa kedua orang tuaku dan curahkanlah Rahmat-Mu untuk keduanya sebgaimana mereka berdua telah mendidik aku ketika aku masih kecil" Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Betapa banyak orang yang mencelakakan anaknya—belahan hatinya—di dunia dan di akhirat karena tidak memberi perhatian dan tidak memberikan pendidikan adab kepada mereka. Orang tua justru membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya. Ia menyangka bahwa dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si anak, padahal sejatinya dia telah menghinakannya. Bahkan, dia beranggapan, ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian. Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya. Si anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di akhirat. Apabila engkau meneliti kerusakan yang terjadi pada anak, akan engkau dapati bahwa keumumannya bersumber dari orang tua.” (Tuhfatul Maudud hlm. 351)